Kamis, 05 April 2012

Cerpen Remaja

Tempat  :      Jalan
Waktu    :      Siang Hari
Suasana :      Menegangkan
Tokoh     :
§  Agchia
§  Aufa
§  Lia
§  Mei


JALAN KENANGAN

                     
                 Suatu hari, ketika sekolahku pulang pagi, teman – temanku yaitu Aufa, Mei, dan Agchia punya ide untuk main kerumahku. Yach buat refreshing – refreshing aja. Menghilangkan penat dibenakku, setelah ujian akhir semester ini.
                 Aku senang atas kehadiran mereka dirumahku. Kami berempat duduk diruang tamu dengan keadaan hening. Hanya suara gonggongan anjing milik tetanggaku itu yang terdengar. Kami semua sibuk dengan Facebook, biasalah pada punya gebetan dari facebook. Jari kami lincah menekan tombol – tombol di HP kita masing – masing.
                 Beberapa menit kemudian, Agchia punya ide. “Bagaimana kalau kita keliling desa ini saja?”.
                 “Aku setuju !” seru Mei.
                 ”Aku setuju, udara disini kan masih fresh banget, aku ingin lihat hamparan hijau disawah desa ini. Tapi,,,, bagaimana dengan lia?” tanya Aufa.
                 “Oke dech, kalau gitu. Ayo brangkat kawanku!” jawabku.
                 Kami berangkat naik motor. Aku diboncengkan Aufa, sedangkan Mei diboncengkan Agchia. Maklum kalau aku tidak naik motor sendiri, karena aku sedikit trauma saat jatuh dari motor. Aku takut jika harus belajar mengendarai motor kembali.
                 Sambil menikmati perjalanan kami, Ditengah jalan, Aufa bertanya “Kita lewat mana?”.
                 “lewat jalan itu aja fa!” seruku sambil menunjuk jalan kearah kanan. Karena fikirku rute jalan ke arah kiri lebih singkat dari pada kanan. Aku lebih memilih jalan ini, agar kita bisa lebih lama mengelilingi desa ini. Aufa pun mengikuti instrukturku.
                 Sudah lama aku tidak lewat jalan ini. Rasanya jauh berbeda dengan yang dulu. Kami mengendarai motor begitu pelan,agar bisa menikmati pemandangan yang indah. Disekitar sawah angin bertiup kencang, burung – burung berkicau indah, pohon – pohon  melambai - lambaikan daunnya, seakan ingin mengajak kita untuk main disitu. Dan gak terasa sang surya telah tepat berada diatas kepala kita.
                 Tanpa aku sadari, aku telah memberi intruksi kearah jalan yang salah. Aku mengintruksikan kejalan yang licin, becek dan penuh lumpur. Aku ragu dengan jalan ini, sebenarnya sempat aku berfikir jika bakalan ada sesuatu yang akan menimpa kita. Karena kulihat jalan ini benar – benar sudah tidak layak untuk dilewati.  Aufa berhenti mengendarai sejenak, begitupun Agchia. Mei hanya terdiam saja, ketika melihat jalan yang sudah rusak itu.
                 Aufa bertanya “Wah gimana nih?? Jalannya acurr kayak buburrrr!”
                 Agchia pun menjawab “Uda tenang aja. Kita pasti bisa melewati rintangan jalan ini kug”.
                 “Kita mengendarai motornya pelan – pelan dan hati – hati aja!” seruku.
                 Dengan pasti, Aufa mencoba mencoba melewati jalan itu dengan hati – hati. Aku berpesan kepada Aufa “hati – hati aja yaw fa, gak usah gerogi! Hehe”.
                 Jantungku rasanya berdebar lebih kencang. Aufa mengendarai agak cepat. Akhirnya terpeleset daaaann uiiiing byurrrrrrr.
                 “huaaaaaa...!!!” teriakku saking terkejutnya.
                 Kakiku dan kaki aufa nyelup dilumpur. Agchia, Aufa, Mei dan Aku tertawa terbahak – bahak atas kejadian itu. Setelah itu segeralah aku turun mendorong motor Aufa yang terjebak didalam lumpur itu. Kulihat Agchia dan Mei sudah tak kuasa menahan ketawanya, muka mereka begitu memerah. Tapi mereka juga gak akan ketawa terus, saat melihat temannya sedang kesusahan. Tapi mereka tetap ikut membantu juga, walaupun sesekali terdengar cekikikan dari mulut mereka.
                 Untungnya kejadian ini  tidak ada yang melihat, hanya kami berempat dan Allah S.W.T, yang mengetahui hal ini. Kami melanjutkan perjalanan yang cukup menguras tenaga ini. Sesampainya dirumahku, kami semua cuci kaki dan tangan yang terkena lumpur tadi. Setelah itu kami menuju depan rumah dan membayangkan betapa lucunya kejadian tadi. Andaikan tadi aku bawa camera, pastilah sudah aku unggah ke YouTube,,,  Hohoho.
                 Kami takkan bisa melupakan kejadian itu. Sebuah  kenangan terindah dan sulit dilupakan. Mungkin walaupun kita sudah jadi nenek – nenek nanti, kamipun tetap mengingatnya.
                 Aku takkan menceritakannya pada siapapun, kecuali padamu. Sssstt, jangan bilang siapa – siapa ya?? Karena ini kejadian yang sangat memalukan, khusunya  untukku dan Aufa.   :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yg beri koment dpt phala bsar!!aminn,,hehe :)
jgn spam ya,pliss